Di dunia balap motor, nama-nama besar seperti Valentino Rossi dan Marc Márquez memang kerap jadi sorotan. Namun di balik gemerlap nama-nama besar itu, ada sosok pembalap tangguh yang tak pernah kehilangan semangat bertarung meski tak selalu berada di podium tertinggi. Dialah Alex de Angelis, sang gladiator lintasan dari San Marino.
🇸🇲 Anak Pantai yang Lahir untuk Balapan
Lahir pada 26 Februari 1984 di Rimini, Italia—tak jauh dari negaranya, San Marino—De Angelis sudah akrab dengan suara mesin sejak kecil. Debutnya di kejuaraan dunia 125cc dimulai saat usianya masih 16 tahun. Ia bukan hanya numpang lewat. Tahun 2000, ia langsung menyabet gelar Rookie of the Year, dan hanya tiga tahun berselang, ia menjadi runner-up dunia 125cc, kalah tipis dari Dani Pedrosa.
🔥 Petarung di Kelas 250cc: Konsisten dan Berbahaya
Tahun 2004, De Angelis naik kelas ke 250cc bersama Aprilia. Di sinilah ia benar-benar menunjukkan kelasnya sebagai petarung sejati. Ia mungkin bukan yang tercepat di lintasan, tapi nyaris selalu ada di depan. Musim 2006 adalah musim terbaiknya: 11 podium dalam satu musim dan posisi ketiga klasemen akhir. Bukan prestasi sembarangan!
🏁 Menjajal MotoGP: Mimpi yang Jadi Nyata
Masuk ke kelas utama MotoGP adalah mimpi semua pembalap. Alex mewujudkannya pada tahun 2008 bersama tim Gresini Honda. Meski harus bersaing dengan para raksasa, ia tetap mencuri perhatian. Puncaknya, ia nyaris naik podium di Indianapolis, dan akhirnya berhasil meraih podium perdananya di MotoGP tahun 2009. Tidak mudah, tapi penuh perjuangan.
⚙️ Moto2, Superbike, dan MotoE: Pria dengan Seribu Nyawa
Setelah petualangan di MotoGP, De Angelis tak berhenti. Ia kembali turun ke Moto2 dan bahkan sempat mencicipi ajang World Superbike. Tak cukup sampai di sana, pada 2019 ia menjadi salah satu pembalap generasi pertama di ajang balap listrik MotoE. Di usia yang sudah tidak muda untuk pembalap, ia tetap berani menggeber motor di kecepatan tinggi.
Namun balapan bukan tanpa risiko. Pada 2015, ia mengalami kecelakaan horor di sirkuit Motegi yang nyaris merenggut nyawanya. Tapi seperti biasa, De Angelis bukan tipe yang mudah menyerah. Setelah pemulihan panjang, ia kembali ke lintasan.
🎓 Guru dan Inspirator bagi Generasi Baru
Setelah mengumumkan pensiun pada tahun 2020, De Angelis tidak benar-benar “pensiun” dari dunia balap. Ia kini menjadi pelatih dan mentor bagi pembalap muda. Ia juga mendirikan tim balap sendiri—Roc’n’DeA—dan menjadi instruktur balap untuk pengemudi motor dan mobil.
Bagi De Angelis, lintasan adalah rumah. Dan kini, ia memastikan rumah itu tetap hidup dengan membina generasi baru pembalap dari San Marino dan Italia.
🏆 Statistik Singkat Karier Alex de Angelis
Kategori | Balapan | Podium | Kemenangan | Klasemen Tertinggi |
---|---|---|---|---|
125cc | 65 | 7 | 0 | Runner-up (2003) |
250cc | 65 | 25 | 1 | Peringkat 3 (2006) |
MotoGP | 61 | 1 | 0 | Peringkat 8 (2008) |
Moto2 | 74 | 7 | 3 | Peringkat 4 (2011) |
Superbike | 41 | 1 | 0 | Peringkat 19 (2017) |
MotoE | 13 | 0 | 0 | Peringkat 14 (2020) |
🏁 Penutup: Semangat yang Tak Pernah Padam
Alex de Angelis mungkin bukan nama yang paling sering kita dengar saat membicarakan juara dunia. Tapi keberanian, konsistensi, dan cintanya pada balap menjadikannya salah satu ikon pekerja keras di dunia motorsport.
Bagi para pembalap muda, De Angelis adalah bukti hidup bahwa semangat dan ketekunan bisa membuatmu bertahan di arena paling keras sekalipun.